Ratapan Anak yang Jujur
Jujur adalah sebuah kata yang indah
didengar, tetapi tidak seindah mengaplikasikan dalam keseharian. Tidak pula
berlebihan,bila ada yang mengatakan “jujur” semakin langka dan terkubur, bahkan
tidak lagi menarik bagi kebanyakan orang. Hal ini dialami oleh rafly,murid
laki-laki di kelas XI-MIA-4 yang disukai banyak murid perempuan karena
kejujurannya. Selain itu, ia juga taat beribadah.
Ulangan matematika dimulai, Rafly duduk
bersama Ridho. Ridho merupakan sahabat Rafly yang setia padanya, ia selalu ada
dalam senang ataupun duka. Rafly sangat mahir dalam pelajaran matematika,
kemahirannya tidak luput dari kelicikan Daus dan teman-temannya . Mereka
mencoba membujuk Rafly agar mau bekerjasama dengan mereka “ Raf, nomor 5 Raf,
nanti gue kasih tau nomor 8”, namun ajakan tersebut selalu Rafly hiraukan,
hingga akhirnya bosanlah Daus dengan sikap Rafly yang jujur. Daus mengadukan
kejujuran Rafly dengan tuduhan “teman yang sangat pelit” kepada guru BK.
Dipanggillah Rafly, Daus dan Rizky yang kebetulan adalah sahabat Rafly yang
duduk di depan Rafly ke ruang BK. Otomatis Rizky pastinya membela mati-matian
sahabatnya tersebut karena sahabatnya adalah orang yang jujur. Tuduhan milik
Daus pun gagal.
Rafly, Rizky dan Ridho sering sekali belajar
bersama di rumah Ridho setiap siang, karena setiap dari mereka memiliki
kelebihan dan juga kekurangan dalam berbagai mata pelajaran. Nama kelompok
belajar mereka adalah “ Julit” yang kepanjangannya adalah “Jujur walaupun
sulit”. Karena sebentar lagi mereka akan menghadapi ulangan akhir semester 2,
mereka lebih menggiatkan lagi belajar kelompok mereka, hingga akhirnya tibalah
hari penentuan kenaikan kelas mereka. Rafly,Rizky dan Ridho mengerjakan
soal-soal ulangan secara individu, lain halnya dengan Daus yang selalu
bekerjasama dengan temannya dalam mengerjakan ulangan. Ia mengirim jawaban dengan
sistem pinjam rautan, kertas berisi jawaban diletakan di dalam rautan dan
peminjam dapat dengan mudah mencontek dari kertas yang Daus letakan ke dalam
rautan.
Ketika nilai dibagikan satu persatu, banyak
sekali nilai yang merah pada ulangan Rafly. Ia bahkan sampai heran kenapa ia
sudah berusaha semaksimal mungkin sama halnya seperti kedua sahabatnya, namun
ia yang banyak mendapat nilai merah dan terpaksa harus ikut remedial. Setiap
malam ia sedih karena nilai-nilai merah tersebut terus menghantuinya, dan hampir
saja ia berpikiran untuk ikut bekerjasama dan mencontek ketika remedial nanti.
Orang tuanya sangat kecewa dengan nilai-nilai Rafly, sampai-sampai Rafly di
kucilkan bagai anak tiri. Rizky dan Ridho selalu menyemangatinya untuk bangkit
dari keterpurukan dan mereka sangat mencemaskan Rafly, seolah-olah mereka
sendiri tidak memiliki nilai merah.
Remedial demi remdial Rafly lalui dengan
susah payah dengan bekal ilmu dari guru,buku dan juga sahabatnya. Sayangnya,
nilai remedialnya tetap jelek. Temannya yang bernama Adit mencemoohnya dan
menyarankannya agar mencontek dan ikut bekerjasama dengan Daus.
“
Raf, nilai lu jelek sekali. Empat lah,lima lah, mendingan lu ikut kerjasama
bareng Daus aja nanti!” ejek Adit.
“
Yaa,gimana ya dit. Aku tak mau jadi orang yang tidak jujur” ucap Rafly.
“
Terserah lu sih, gue tau lu diomelin habis-habisan ama orang tua lu”
Kejujuran Rafly pun mulai goyah,ia berusaha
ingin mencontek ketika remedial bahasa Indonesia nanti. Namun, ia tidak lupa
meminta saran kedua sahabatnya. Waktu remedial pun dimulai, banyak ia temui
temannya dari kelas lain yang mengerjakan ulangan sambil membuka internet dan
juga bekerja sama satu sama lain. Ia ingin sekali melakukannya, namun hawa
nafsu itu dapat ia buang jauh-jauh. Setelah nilai dibagikan, banyak murid yang
masih dibawah KKM termasuk ia sendiri dan juga kedua sahabatnya. Karena ia
merasa tidak terima dengan semua ini, ia segera melaporkan ketidakjujuran
teman-temannya yang lain pada guru bahasa Indonesianya.
“
Bu, nilai saya sedikit bu. Tidak adil” ucap Rafly.
“Tidak
adil apanya, orang yang mengoreksi gue” jawab Weni.
“Memangnya
apa yang tidak adil?” Tanya guru bahasa Indonesia Rafly.
“I.i.itu
bu, banyak yang membuka internet tadi bu” jawab Rafly.
“Biarkan
saja. Nanti juga ketahuan mana yang curang” ucap guru bahasa Indonesia Rafly.
Masih terpikirkan olehnya tentang apa ayng
gurunya katakana. Bagaimana bisa,gurunya dapat tahu siapa yang mencontek siapa
yang tidak. Perasaannya bercampur aduk antara ketakutan dan juga lega. Takut
tidak naik kelas dan juga lega karena dapat menceritakan hal yang sebenarnya
pada gurunya. Ketika ia kembali kekelas, temannya yang bernama Weni mengumumkan
bahwa yang masih dibawah KKM, perbaikannya adalah membuat cerita pendek beserta
unsur-unsur instrinsik dan ekstrinsiknya, ia lega karena itu salah satu
hobinya.
Di depan kelas,Rafly menceritakan pada Rizky
dan Ridho tentang apa yang telah terjadi. Ridho pun menanggapi cerita Rafly
dengan nasihatnya.
“Raf,
orang yang bekerja keras sudah pasti orang yang jujur. Orang yang bekerja keras
pasti tidak sia-sia pekerjaanya. Dan walau kau jujur namun tetap dibawah KKM,
ternyata Allah punya jalan lain, yaitu menggantinya dengan tugas yang
merupakansalah satu hobimu kan?” ucap Ridho.
“
Iya sih, kamu betul juga” ucap Rafly sambil menepuk pundak Rizky dan Ridho
seraya tersenyum.
“
Nah,mendingan sekarang kita ke kantin. Kalian mau beli apa? Nanti aku yang
traktir, kebetulan hari ini aku ulang tahun nih” ajak Rizky.